(Part 1)
"Ciyee beli kembang melati banyak amat. Mau mandi kembang?" tanya Fia sesaat setelah membukakan pintu gerbang untuk Mona, teman satu indekosnya.
Sejak tadi malam, hujan mengguyur kota Surabaya begitu deras. Fia sedang bekutat dengan skripsinya sesaat sebelum Mona memintanya untuk membuka kunci gerbang.
Monalisa. Begitulah ia memperkenalkan diri kepada seluruh penghuni kos tepat satu minggu yang lalu. Ia adalah mahasiswi baru di kampus yang sama dengan Fia. Sebagai penghuni kos baru, ia juga belum memiliki duplikat kunci gerbang bagian depan. Kebetulan saat itu, hanya ada Fia seorang diri di kos. Hingga saat Fia membukakan kunci gerbang, dan menanyakan perihal bungkusan berwarna putih besar yang dibawa oleh Mona. Yang ia tahu kemudian, bungkusan itu berisi kembang melati putih.
"Buat makan, Mbak," jawab Mona dengan santainya. Setelah mengucapkan terimakasih, ia pun berlalu begitu saja tanpa menoleh sedikitpun kepada Fia.
"Mau dimakan?" Fia bermonolog sembari mengernyitkan dahi, heran.
Pukul 16.20 Waktu Indonesia Barat. Gemercik hujan masih mendominasi pendengaran Fia saat itu. Ia masih berusaha mencerna ucapan Mona.
"Aneh banget tu anak," ujarnya berusaha menepis rasa takut.
Perlahan ia melangkah masuk ke dalam rumah kos yang sepi penghuni tersebut. Langkah kakinya terasa berat, namun ia tetap harus kembali ke kamar untuk melanjutkan revisi bab 3 tugas akhirnya.
Fia melangkah menaiki tangga, menuju kamarnya di ujung lorong. Tepat di depan kamar milik Mona, langkah kakinya terasa semakin berat.
BRAKK
Sebuah suara dentuman keras terdengar dari arah kamar itu. Fia tercekat, kaget. Terdengar suara-suara obrolan dengan bahasa yang tak ia mengerti. Masih dari arah yang sama. Dari nada suaranya, seperti tengah bertengkar hebat.
Ditajamkannya indera pendengarannya, agar mampu mencerna lebih banyak lagi suara-suara aneh dari dalam. Namun, nihil. Hujan masih turun dengan begitu deras. Menyamarkan suara-suara yang beberapa saat lalu terdengar begitu mencekam di telinga Fia.
Bergidik, Fia berniat melanjutkan langkah kakinya menuju kamar.
KREKK
Fia terpaku. Baru saja ia melangkahkan satu kakinya yang terasa berat itu untuk menjauh dari depan kamar Mona. Suara pintu terbuka di belakangnya berhasil membuat kaki-kaki itu semakin sulit digerakkan. Seolah membatu.
Fia tak mau menoleh. Ia hanya menebak-nebak apa yang akan terjadi setelah ini. Pandangannya lurus ke depan seolah tak dapat lagi dialihkan.
"Ada apa, Mbak?" suara lirih dari perempuan itu sedikit melegakan Fia.
Ia berpaling ke arah suara.
"Lagi ngapain, Mon? Kok kayak ada brisik-brisik gitu?" Fia mengharap sebuah alasan yang masuk akal.
"Oh, lagi telepon, Mbak, tadi. Mmm, mau masuk?" tawar Mona dengan senyum tipisnya.
Telapak tangannya penuh dengan warna kuning hampir jingga, dengan tanda seperti tambah, entah apa itu.
"Ng-nggak usah, Mon. Mau lanjutin skripsi, nih," tolaknya halus.
Semilir angin dingin membawa serta aroma wewangian aneh dari kamar Mona, tepat singgah di lubang hidung milik Fia.
"Oke, Mbak."
"Mm, yaudah. Bye, Mon."
Mona hanya melambai kecil sambil memamerkan deretan giginya kepada Fia. Dibalas ekspresi tersenyum dalam keadaan terpaksa oleh Fia. Aneh sekali.
Fia memaksakan kaki-kakinya untuk terus melangkah, menjauh dari kamar si anak baru yang misterius itu. Keringat dingin tiba-tiba meluncur cepat dari pelipisnya. Padahal, udara cukup dingin saat itu.
"Haaah. Akhirnya berhasil," Fia merebahkan dirinya di atas kasur, sesaat setelah ia berhasil kembali ke kamarnya.
Sore yang begitu aneh. Dengan tetangga kamar kos yang juga aneh. Apa yang sedang ia lakukan di kamar? Untuk apa dia membawa bungkusan besar berisi kembang melati?
Sederet tanya bermekaran di otaknya. Pening. Kini kepalanya terasa berat. Netranya seolah tak bisa diajak kompromi lagi untuk melanjutkan revisi.
Tik tok tik tok tik tok…
Fia menghilang dalam tidurnya. Meninggalkan gemuruh suara hujan yang kini beradu kencang dengan suara detik jam dinding di kamarnya.
----- BERSAMBUNG -----
Masyaallah dari awal knp udah dibuat tegang sih Kak. 🙈
BalasHapusJgn tegang dulu, kak. Masih banyak kejutan. Btw, terimakasih udah membaca 😀
Hapuswah keren, udah penasaran sama kisah selanjutnya. ^^
BalasHapusYey, terimakasih sudah membaca 😊
Hapus