Selasa, 07 September 2021

Long Distance Marriage, kuat?

Kalau kata orang-orang yang sukanya ngomong dulu baru mikir sih gini, "ngapain sih nikah kalau emang harus jauh-jauhan? Nggak takut diselingkuhin atau aneh-aneh, ya?" Tapi nggak semuanya gitu ya, ada sebagian orang yang emang bisa mikir dulu baru ngomong. Hehe.


Aku pernah jalanin Long Distance Marriage dalam waktu yang cukup lama. Rasanya? Nano-nano banget lah, sumpah. Apalagi saat itu lagi hamil anak pertama. Luar biasa. Tapi, Alhamdulillah semuanya udah terlewati. Kami udah tinggal bersama-sama lagi sekarang. Dulu banget, aku sendiri pernah jadi bagian dari orang yang kalo ngomong mikirnya belakangan. Aku pernah bilang kalau nanti aku menikah, aku nggak bakal mau ditinggal pergi-pergi jauh dalam waktu lama. Apalagi harus LDM. Mana kepikiran sih?

Malahan, aku sengaja resign dari pekerjaanku beberapa minggu sebelum nikah. Demi ngikut suami tinggal di kota kelahirannya. Ya menurutku, aneh lah kalau udah nikah tapi tetap harus tinggal jauh-jauhan. Nggak mau banget.

Aku menyesal sih pernah bilang kayak begitu dulu ke pasangan pejuang LDM tanpa tahu alasan mereka memilih berjarak buat sementara waktu. Ini pelajaran buat aku pribadi biar nggak asal ngomong yang mungkin aja bisa menyakiti hati orang lain. Pada akhirnya aku yang merasakan sendiri. Harus tinggal jauh-jauhan sama suami. Pengantin baru, lagi hamil anak pertama, tinggal jauh dari kampung halaman sendiri, lalu ditinggal kerja di luar kota sama suami. Sedih? Iyalah pastinya.

Nggak ada pasangan yang mau jauh-jauhan. Nggak ada pasangan yang dengan senang hati juga menerima komentar-komentar negatif dari orang lain tentang jarak yang sedang memisahkan. Nggak semua orang mampu jalanin LDM ini, beneran deh. Butuh komitmen yang kuat satu sama lain. Jangan lupakan mental dan psikologis yang juga harus sekuat baja, ya.

Jangan lupa, rencana Tuhan adalah yang paling baik. Manusia bisa aja merencanakan banyak hal, membayangkan hal-hal indah apa yang bakal dilakuin bareng pasangan setelah nikah. Tapi jika Allah sudah berkehendak, manusia bisa apa? Walaupun sebelum nikah udah pernah bicarain soal 'jarak' ini, tapi kita tetap harus siap dengan keadaan apapun itu, kan?

Cerita LDM ku sama sekali nggak pernah masuk dalam list masa depan yang pernah kami omongin sebelum nikah. Rupanya begitulah hidup. Skenarionya udah diatur sama Allah, kita manusia cuma bisa berbaik sangka, bahwa bakal ada sesuatu yang jauh lebih indah setelahnya. Dalam hal LDM ini, pilihan tetap ada pada diri sendiri dan pasangan. Apakah mau bersabar pada jarak dan waktu. Ataukah mau menyerah?

Semangat pejuang LDM. Kita bisa kita hebat karena Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Romansa Dalam Buku "This Wall Between Us"

Menyambut tantangan membaca buku bergenre fiksi romance di minggu ini dengan memilih buku berjudul This Wall Between Us, karya I...