Pernah dengar nggak, sih, kalau orang Indonesia itu adalah satu-satunya bangsa yang tidur pakai guling. Nggak ada tandingannya di negara lain. Bener nggak, kira-kira?
(Sumber : bobo.grid.id)Mengutip dari situs voi.id, dalam buku yang ditulis oleh Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat (1965), beliau mengatakan bahwa, “Manusia Indonesia hidup dengan getaran perasaan. Kamilah satu‐satunya bangsa di dunia yang mempunyai sejenis bantal yang dipergunakan sekedar untuk dirangkul. Di setiap tempat‐tidur orang Indonesia terdapat sebuah bantal sebagai kalang hulu dan sebuah lagi bantal kecil berbentuk bulat‐ panjang yang dinamai guling. Guling ini bagi kami gunanya hanya untuk dirangkul sepanjang malam.”
Tapi usut punya usut, setelah aku coba telusuri lagi, beberapa sumber justru mematahkan kalimat di atas, gengs. Ternyata, guling nggak cuma ada di Indonesia, kok. Di beberapa negara Asia Timur, juga terdapat guling. Ada juga di Belanda dan beberapa negara Eropa lain. Bahkan kalau mau ditelusuri lagi, guling ini udah ada juga dimana-mana, gengs. Hehe. Tapi, mungkin dengan fungsi yang agak berbeda sama di Indonesia, ya.
Asal Mula Guling di Indonesia
Jadi, waktu zaman penjajahan Belanda di Indonesia dulu, si guling ini terkenal dengan istilah dutch wife, yang secara etimologi berarti istri Belanda. Waw, guling adalah istri Belanda. Maksudnya gimana, nih?
Pada waktu para serdadu Hindia-Belanda ini bertugas di Indonesia, ceritanya mereka ini minim kehadiran wanita-wanita Eropa. Para tentara yang bertugas jauh dari istri, lalu mencoba mencari siasat, nih. Biar bisa menyalurkan hasrat seksualnya mereka gitu. Dari hal itu, mereka ini punya beberapa cara untuk mengatasinya.
Pertama, bagi tentara atau pejabat yang punya uang, mereka bisa aja mendatangkan si istri dari negerinya tercinta.
Kedua, yang masih punya uang pas-pasan nih. Karena mereka nggak bisa mendatangkan istrinya ke Indonesia, lalu mereka mengambil para wanita pribumi buat dijadikan gundik.
Ketiga, mereka yang punya cukup uang, tapi nggak mau menculik pribumi, biasanya bakalan datengin ke rumah-rumah bordil.
Keempat, khusus buat mereka yang nggak punya uang, demi menyalurkan hasrat maka guling menjadi jalan keluar. Di sini, mereka akan menjadikan guling sebagai fantasi untuk memuaskan hasratnya, gengs. Duh, gegara saking rindunya sama istri di rumah, ya. 😅
Ternyata, istilah Dutch Wife ini bukan merupakan istilah dari para Belanda sendiri. Melainkan ejekan dari para serdadu Inggris waktu itu. Tapi, setelah penjajah Belanda mundur, digantikan sama serdadu Inggris menduduki Indonesia. Mereka pun juga mengikuti kebiasaan tidur pakai guling kayak bangsa Belanda dulu. Guling-guling tersebut juga dijadikan pengganti sang kekasih nun jauh di sana. Alhasil, bangsa Belanda balas meledek dengan menyebut guling sebagai British Doll.
Guling Sebagai Perpaduan Beberapa Budaya
Sebenarnya, bantal dan guling ini merupakan salah satu perpaduan dari kebudayaan Eropa, Indonesia, dan juga Cina. Kebiasaan menggunakan guling ini awalnya cuma dilakukan sama kaum-kaum bangsawan, gengs. Tapi seiring perkembangannya, mulai menyebar dan juga banyak dipakai sama masyarakat umum. Begitu juga penggunaan guling sebagai pengganti istri-istri Belanda pada saat itu.
Bentuk guling kayak yang kita kenal saat ini merupakan perpaduan dari bentuk aslinya di Asia Timur. Bedanya dibanding guling jaman sekarang, guling pada waktu itu memiliki struktur keras karena terbentuk dari rotan. Di wilayah Asia Timur, guling dikenal juga dengan sebutan Zufuren. Zufuren yang terbuat dari rotan tadi, dipercaya mampu membuat aliran darah lancar pada saat tidur, alhasil membuat tidur jadi lebih nyenyak. Cobain, gengs!
Pada akhirnya, guling masih eksis di kalangan masyarakat Indonesia sampai saat ini. Kalian, ada yang nggak bisa tidur, kah, kalau nggak ada guling? Atau kehadiran si guling ini nggak begitu berpengaruh sama performa tidur, kamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar